TIMES BIMA, JAKARTA – Wajah perang narkoba kini berubah. Tak lagi dalam bungkus plastik bening atau pil warna-warni. Kini racun itu menguap dalam asap vape—manis aromanya, mematikan isinya.
Badan Narkotika Nasional (BNN) mengungkap jaringan lintas pulau yang memanfaatkan produk vape dan aksesori elektronik untuk menyamarkan narkotika. Dari penggerebekan di sebuah rumah kos di Medan, petugas menyita 985 butir ekstasi dan hampir 200 cartridge vape yang mengandung zat terlarang.
“Ini modus baru. Para pelaku memanfaatkan barang legal untuk mengelabui petugas,” ujar Kepala BNN Komjen Suyudi Ario Seto, Sabtu (25/10/2025).
Kasus ini terbongkar setelah BNN mencurigai sebuah paket di Bandara Kualanamu yang ditujukan ke Sulawesi Tengah. Dari luar tampak biasa. Label elektronik, barcode rapi, dan segel impor. Namun, pemeriksaan lebih dalam mengungkap botol cairan beraroma menyengat.
Tim kemudian menelusuri pengirimnya hingga ke Medan, dan menemukan dua pelaku berinisial AF dan NS.
Para penyelundup kini beradaptasi dengan tren. Vape yang identik dengan gaya hidup anak muda dimanfaatkan sebagai media distribusi narkotika. Cairan nikotin diganti bahan sintetis yang mengandung zat adiktif tinggi.
“Sekarang bukan lagi sabu atau ganja yang dikemas konvensional. Mereka menyusup lewat budaya populer,” kata Suyudi.
Ia menegaskan, bahaya vape berisi narkotika lebih kompleks karena pengguna tidak sadar sedang terpapar zat berbahaya. “Anak muda merasa hanya ‘mengisap aroma buah’. Padahal efeknya menghancurkan sistem saraf permanen.”
Modus ini dinilai lebih berbahaya karena sulit dilacak. Vape dan cartridge dijual bebas di toko daring tanpa izin edar. Jalur distribusinya memanfaatkan ekspedisi umum dan e-commerce yang tidak memiliki sistem verifikasi zat kimia.
Modus Rapi dan Legal di Atas Kertas
Dalam operasi di Medan, BNN menemukan pengemasan produk yang nyaris sempurna. Setiap botol cairan dikemas seperti barang impor resmi lengkap dengan barcode, label hologram, dan faktur pengiriman elektronik.
“Kalau tidak dibuka satu per satu, tidak akan ketahuan,” ujar seorang penyidik.
Barang dikirim door-to-door menggunakan jasa ekspedisi besar dan lokal. Tujuannya, memanfaatkan celah pemeriksaan visual yang tak mungkin memeriksa setiap paket.
BNN menilai sistem logistik daring menjadi pintu masuk empuk bagi sindikat.
“Jalur udara, laut, darat semuanya mereka pakai. Sekarang mereka bersembunyi di balik legalitas,” kata Suyudi.
Pola ini menunjukkan kecerdikan baru jaringan narkotika modern: menyatu dalam sistem perdagangan digital. Tak ada transaksi mencurigakan, tak ada tatap muka, semua dikendalikan dari balik layar.
BNN menyebut kasus ini sebagai alarm nasional. Vape menjadi wajah baru narkotika modern yang mudah diakses siapa saja.
“Ini ancaman sunyi. Anak muda bisa kecanduan tanpa sadar,” ujar Suyudi.
BNN kini bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan, Bea Cukai, dan BPOM untuk memperketat pengawasan cairan vape. Produk tanpa izin edar akan ditertibkan, dan regulasi baru segera disusun untuk menutup celah hukum.
“Kalau dulu sindikat main di gang sempit, sekarang mereka berjualan di marketplace,” ujarnya menegaskan.
Teknologi: Senjata Ganda yang Menikam Balik
Penyelundupan lewat vape adalah simbol zaman baru: kejahatan berteknologi tinggi. Sindikat bukan lagi buronan jalanan, tapi pemain digital yang memanfaatkan sistem logistik modern dan algoritma penjualan daring.
“Dalam era digital, narkoba tidak lagi dibawa di tas, tapi di data,” kata Suyudi. “Dan tugas kami sekarang bukan hanya mengejar orang, tapi melacak pola.”
BNN kini memperluas penyelidikan, menelusuri rekening dan pengiriman lintas provinsi yang terhubung ke jaringan ini. Dugaan kuat, mereka berafiliasi dengan kelompok pemasok ekstasi dari kawasan utara Sumatera yang mulai membidik pasar Indonesia Timur.
Kasus ini menegaskan bahwa perang narkoba belum selesai. Ia hanya berganti wajah, lebih halus, lebih modern, lebih menipu. Di balik kepulan asap wangi itu, terselip racun yang siap mematikan masa depan bangsa.
Dan ketika vape menjadi simbol gaya hidup baru, sindikat menjadikannya kendaraan sempurna untuk bersembunyi di balik legalitas. Seolah tak berbahaya, tapi pelan-pelan mencuri kesadaran.
“Jangan terkecoh oleh kemasan,” ujar Suyudi menutup pernyataannya. “Sekarang, yang mematikan justru terlihat paling wangi.” (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Vape Jadi Kedok Baru Sindikat Narkoba, Bagaimana Modus Operandinya?
| Pewarta | : Ahmad Nuril Fahmi |
| Editor | : Deasy Mayasari |