TIMES BIMA, JAKARTA – Spanyol sedang menghadapi bencana banjir terparah dalam beberapa dekade terakhir, dengan setidaknya 95 orang meninggal dan puluhan lainnya masih hilang setelah hujan lebat melanda provinsi Valencia dan sekitarnya.
Hujan deras pada hari Selasa hingga Rabu memicu banjir bandang yang menghanyutkan jembatan dan bangunan, memaksa warga naik ke atap atau berpegangan pada pohon untuk bertahan hidup.
Dikutip dari BBC, Kamis (31/10/2024) Presiden Pedro Sánchez telah mengumumkan tiga hari berkabung nasional, sementara kondisi ekstrem ini membatasi upaya penyelamatan.
Di Valencia, tercatat sedikitnya 92 korban jiwa. Ini merupakan bencana banjir terburuk di Spanyol sejak tahun 1973, ketika setidaknya 150 orang diperkirakan meninggal dalam banjir besar di wilayah tenggara negara itu.
Salah satu kota yang pertama kali terdampak, Chiva, melaporkan curah hujan setara satu tahun hanya dalam waktu delapan jam.
Para penyintas di Valencia mengenang kengerian banjir yang tiba-tiba mengubah jalanan menjadi sungai.
Guillermo Serrano Pérez, 21 tahun, dari Paiporta dekat Valencia, mengatakan air mengalir deras di jalan layaknya "tsunami", memaksa dia dan orang tuanya meninggalkan mobil mereka dan naik ke jembatan untuk bertahan hidup.
Salah satu saksi lainnya menceritakan bagaimana pengemudi di jalan tol menyadari arus deras akan datang, dan mereka membentuk rantai manusia di atas pemisah jalan untuk menyelamatkan diri. “Syukurlah tidak ada yang terpeleset, karena jika ada yang jatuh, arus akan menghanyutkannya,” ujar Patricia Rodriguez, 45 tahun, kepada surat kabar El País.
Seorang warga La Torre memberi tahu BBC bahwa beberapa teman-temannya kehilangan rumah, dan pada malam Selasa ia “melihat mobil-mobil mengapung di air” sementara arus menghancurkan beberapa tembok.
Sementara itu, wali kota Horno de Alcedo, sebuah kota di luar Valencia, menceritakan bagaimana air naik lebih dari satu meter hanya dalam hitungan menit. "Arusnya begitu deras—dan kami memanggil layanan darurat yang segera mulai menyelamatkan orang-orang yang airnya sudah mencapai leher mereka," ujar Consuelo Tarazon.
Pada hari Rabu, Spanyol mengerahkan lebih dari 1.000 tentara untuk membantu upaya penyelamatan, namun banyak tim masih terjebak oleh jalan yang tergenang dan rusaknya jaringan komunikasi serta listrik.
Menteri Pertahanan Spanyol Margarita Robles menyebut banjir ini sebagai "fenomena yang belum pernah terjadi sebelumnya." Hujan deras mulai mereda di wilayah timur-tengah Spanyol pada Rabu, tetapi peringatan cuaca dikeluarkan untuk wilayah Catalonia dan beberapa daerah lainnya, meminta warga bersiap menghadapi banjir dan mencari tempat aman.
Para ilmuwan mengatakan perubahan iklim memperburuk banjir di Spanyol. Fenomena “gota fria” yang sering terjadi di musim gugur dan dingin—di mana udara dingin bertemu dengan perairan hangat Laut Mediterania—diduga menjadi penyebab utama hujan deras ini. Namun, peningkatan suhu global menyebabkan awan mengangkut lebih banyak uap air.
“Dengan setiap kenaikan suhu akibat pemanasan global, atmosfer dapat menampung lebih banyak uap air, menyebabkan hujan yang lebih deras,” jelas Dr. Friederike Otto dari Imperial College London. “Tak diragukan lagi, hujan deras ini diperparah oleh perubahan iklim.”
Dunia telah menghangat sekitar 1,1°C sejak era industri dimulai dan suhu akan terus meningkat kecuali pemerintah-pemerintah di seluruh dunia melakukan pengurangan emisi secara drastis. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Banjir Besar Terjang Spanyol, 92 Tewas dan Puluhan Orang Hilang
Pewarta | : Rochmat Shobirin |
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |